Jumat, 15 Agustus 2008

SEKS BUKAN CUMA SOAL KELAMIN

Masih ingat gak kapan pertama kali kamu bicarain perihal seks? Masih ingat juga gak dengan siapa dan apa yang kamu bicarakan waktu itu?

Tema tentang seks nampaknya selalu menarik dibicarakan. Saya hampir yakin kamu punya paling tidak satu teman yang hobi bercanda ’yang nyerempet-nyerempet..” Saya pernah nanya (tepatnya kasih angket) kepada 83 orang mahasiswa UKSW dari 3 fakultas, dan saya temukan bahwa 21 (25%) saja yang belum pernah nonton VCD porno. Ini berarti 62 ’subjek’ saya pernah nonton, dan diantara 62 orang (75%) ini, 17 orang (27%) diantaranya nonton VCD porno sebelum usia 15 tahun.

Bisa nebak gak, reaksi apa yang paling sering dialami setelah nonton VCD porno? Hehe.. mungkin kamu benar.. 19 orang masturbasi, 14 terangsang.. 24 orang bilang biasa aja...

Seks Bukan Cuma Soal Kelamin

Seks bisa punya dua arti: (1) Seks sebagai identitas jenis kelamin (pria atau wanita) , dan (2) Seks dalam arti hubungan suami istri. Nah, istilah yang dekat dan terkait erat dengan seks adalah seksualitas. Seksualitas menyangkut topik yang lebih luas dari seks. Seksualitas bisa berarti identitas seksual (menjadi pria atau wanita), peran seksual (bagaimana membangun relasi dengan orang lain, menjadi feminin atau maskulin), orientasi seksual (pada siapa kita tertarik), perilaku seksual (bagaimana mengekspresikan seksualitas dalam hubungan dengan orang lain, baik sesama maupun lawan jenis), serta nilai seksual (apa yang kita percayai benar atau salah, dapat diterima atau tidak dapat diterima, apa yang boleh dan tidak boleh).

Masters bilang (dia salah satu tokoh seksualitas), seks itu nukleus dari keluarga. Keren juga kalimat pak Masters ini Tapi bener juga ya.. Seks adalah nukleus atau inti keluarga. Kalo dipikir-pikir.. kita semua gak bakalan ada di dunia ini kalo gak ada yang namanya seks dan seksualitas. Tapi arti kalimat itu juga adalah bahwa nilai yang kita miliki tentang seks akan berdampak pada jadi apa masyarakat kita nanti.

Contohnya begini:

Anggap aja kita tinggal di daerah dengan angka pelacuran tertinggi di Indonesia, dimana kasus seks pranikah–nya terus meningkat, demikian juga dengan kasus seks extra- marital (hubungan seks dengan orang yang bukan istri/suaminya). Bisa bayangin gak, jadi apa anak-anak yang tinggal di situ, nilai-nilai apa yang mereka miliki kelak, dan apa yang diobrolin sesama tetangga...

Wah.. ngeri juga bayanginnya.. Tapi, kalo kita mau jujur, kasus-kasus pelanggaran seksualitas (seperti seks pra nikah, perselingkuhan seksual, kehamilan di luar nikah) makin banyak terjadi dalam lingkungan kita. Data YLKI (2004) menyebutkan, diantara 2 juta dari aborsi, 700 ribu dilakukan oleh remaja

Seks = Maha Karya

Kenyataan diatas merupakan suatu ironi jika kita menengok kembali ’asal muasal’ seksualitas. Setiap orang (umumnya) pasti setuju bahwa seksualitas merupakan anugrah bagi manusia. Di dalamnya terkandung tujuan reproduksi, regenerasi, rekreasi, dan sarana pengikat emosi yang ampuh antar suami istri. Dengan fungsi yang begitu penting dan bernilai tinggi, tentulah seksualitas seharusnya indah. Organ-organ seks manusia yang menjadi sarana tercapainya fungsi tersebut, disediakan sangat rinci, khas, dan penuh misteri oleh Sang Pencipta. Semakin kita memikirkan dan merenungkannya, kita akan merasakan seksualitas sebagai suatu Maha Karya. Richard Foster, salah satu penulis favorit saya pernah menulis, ”salah satu tragedi dalam sejarah manusia adalah diceraikannya seksualitas dari spiritualitas”. Pornografi, pelecehan seksual, hubungan seks sebelum menikah, adalah tempat-tempat dimana seksualitas sebagai sebuah Maha Karya itu direndahkan posisinya dan tujuannya yang baik ditiadakan. Seks direduksi menjadi sesuatu yang sepele dan banyak orang membatasinya hanya pada alat kelamin saja.

Kalau benar kita sedang berda dalam pusaran kehancuran nilai seksual yang semakin memburuk, kapan lagi memperbaikinya kalo bukan sekarang? Siapa lagi yang harus memulainya kalo bukan diri sendiri? Pengen punya masyarakat yang lebih baik? Milikilah nilai-nilai dan sikap seksual yang benar dan tebarkan nilai yang benar itu pada teman-teman di sekelilingmu.

-yun,2008-

Tidak ada komentar: